(INDO TRANS ) Kim Seon Ho — Noblesse Men Magazine Jan/Feb 2021 Issues

Dihveenah
11 min readJan 3, 2021

Artikel ini terjemahan dari interview majalah Noblesse

Bukan Han Jipyeong, Kim Seon-ho Selalu Bertemu Orang-Orang dengan Keinginan Besar untuk Belajar

Jaket biru tua, kemeja putih, celan panjang abu-abu, sepatu kanvas abu-abu, syal pola paisley hitam bandana Dior Men, Cincin perak Rocking AG. Bangku kulit Thomas Casa Alexis, Karpet Persia Narsis Carpet ( credit to : www.noblesse.com)
Kemeja cetak bunga hitam putih, celana hitam, sepatu renda hitam semua Alexander McQueen, cincin rantai hitam dan kalung Xte. Chase sofa Chevy dari Timothy Woolton brand Casa Alexis, Rossini carpet Hanil Carpet & Home. ( Credit : www.noblesse.com)
Bukan Han Jipyeong, Kim Seonho Selalu Bertemu Orang yang Memiliki Keinginan untuk Belajar
Mantel berwarna unta dan celana panjang keduanya dari Haider Ackermann by G.Street 494 Homme+, tutleneck rautan berwarna unta dan rompi dari Prada , dan sepatu coklat dari Gucci . Gantungan mantel Tone Brand Standby 015 Plot . ( Credit : www.noblesse.com)

Selamat, ya, atas kemenangan Emotive Award di AAA (Asian Artist Awards) kemarin. (Mata berputar dan tertawa) (kemudian berteriak senang ) Terima kasih!

Apakah kamu menyadari popularitasmu baru- baru ini ? Awalnya, aku enggak sadar karena aku hanya sibuk untuk syuting. Terima kasih untuk aktor pemeran utama dalam drama “Startup”, aku menyadari bahwa pengikut media sosialku meningkat pesat. Saat drama berakhir, orang-orang di sekitarku memberitahuku tentang itu. Terima kasih banyak, dan aku senang [untuk itu].

Bagaimana perasaanmu menjadi sampul majalah untuk pertama kalinya hari ini? Aku enggak percaya kalau aku akan menjadi sampul majalah. Terima kasih banyak! (Tertawa terus menerus)

Bagaimana perasaanmu saat pertama kali mendapat tawaran itu? Senang, tapi di sisi lain, aku khawatir. Gimana kalau aku enggak bisa berpose? Gimana kalau aku merasa canggung? Aku seharusnya enggak masalah dengan ini, tetapi aku gugup.

Di “One Night, Two Days,” Moon Se-yoon berdoa saat matahari terbit, dan mengatakan “Tolong jangan biarkan Seonho menjadi bintang top.” (Tertawa). Sekarang kamu menjadi sampul di majalah, apakah dia juga akan sedih karena ini? ey, enggak kok. Sebenarnya, dia sangat mendukungku. Belum lama ini juga, aku mendapatkan peringkat satu untuk reputasi brand, dan semua anggota “One Night, Two Days” memberiku selamat di pagi harinya.

Apa yang kamu lakukan setelah “Startup” berakhir? Dari pagi hingga sore, aku berlatih untuk teater “Ice” yang dimulai pada bulan Januari, dan terkadang [aku] berjalan-jalan di sore hari. Aku juga menghabiskan waktu dengan orang tuaku.

Oh, aku dengar kamu suka berjalan, ya. Iya, benar banget. Aku suka berjalan-jalan di dekat Taman Marronnier. Tetapi belakangan ini, karena situasi yang seperti ini, aku enggak dapat pergi jauh, tetapi aku senang pergi ke pasar di kompleks apartemen.

Apa yang kamu pikirkan saat berjalan? Waktu kamu mengalami kesulitan dan berjalan, itu menjadi jernih. Aku merasa beban pikiranku menjadi lebih ringan hanya dengan melihat ke tanah dan berjalan sambil berkonsentrasi penuh pada pikiranku . “Ya, ini bukan apa-apa, ini akan berlalu.” Itu membuat pikiranku positif dan tujuanku [juga] jelas. Sebenarnya, beban pikiran adalah menghapusnya sendiri. Terkadang aku berjalan tanpa berpikir dan melepaskan banyak pikiran yang membebaniku. Kalau aku enggak punya waktu buat berjalan, aku enggak berpikir kehidupan aktor-ku ini akan sehat.

Baru-baru ini, peran Han Jipyeong dalam “Start-up” mendapatkan banyak cinta. Kata “Second lead syndrome” sangat populer. Apakah kamu mengharapkannya? Sebenarnya, aku enggak menduga kalau peran ini akan menjadi populer, dan aku memutuskan hanya berdasarkan peran dan narasinya. Aku membacanya sampai bagian 5, tetapi alur dan narasinya sangat bagus. Han Ji-pyeong dalam drama bukanlah orang jahat, tetapi dia adalah mentor yang membantu Dal-mi (Suzy) dan Dosan (Nam Joo-hyuk), dan bisa menjadi batu sandungan bagi cinta mereka, jadi aku khawatir sutradara dan aku akan dikritik (karena ini). Sejujurnya, aku enggak tahu bagaimana orang-orang akan sangat menyukai karakternya [Han Jipyeong], jadi aku enggak bisa bilang apa-apa (speechless).

Sutradara “Start-up”, Oh Choong-hwan, mengatakan kalau Kim Seon-ho, “Dia bersih, tapi dia rumit, tajam, dan sebenarnya polos.” Aku kira dia mengatakan itu karena dia memiliki banyak kekhawatiran tentang pekerjaannya. Kalau aku memilih karakter tanpa memikirkannya secara mendalam, itu [justru] akan membuatku khawatir. ‘Apakah ini cocok denganku? Akankah aku melakukannya dengan baik?’ Aku memikirkan itu terus-menerus, jadi apa kamu mengatakan itu rumit?(Tertawa) Kupikir aku beruntung memiliki sisi yang tajam dalam hal akting [seperti ini].

Kapan kamu menanyakan, “apakah aku melakukan dengan baik saat ini?” Ketika aku berakting, aku selalu menanyakan [hal seperti ini ], “ Apakah aku sudah tepat melakukanya sebagai Han Ji pyeong? Bukankah ini terlalu ringan buat karakter bernama Ji-pyeong?” Saat senang membuat orang tertawa, tetapi itu akan merusak perannya kalau aku memilih untuk melawak. Karakter Ji-pyeong adalah peran berbobot yang bisa menyelesaikan masalah, tetapi kalau aku hanya tertawa dan kehilangan fokus, akan menyusahkan aktor lain dan penonton juga enggak bisa tenggelam ke karakternya. Jadi, aku berusaha keras di dalam drama. Tapi sayangnya, setelah berakhir, aku selalu saja merasa kurang cukup baik.

Bagaimana kamu menyelesaikan hal-hal yang tidak kamu pahami dalam skrip? Itu sangat sulit. Aku enggak bisa membiarkannya tanpa mengetahui (cara memahaminya). Dalam hal ini, aku mendapatkan bantuan dari seseorang, entah itu dari aktor atau sutradara. ‘Apakah benar bagiku melakukan ini secara tiba-tiba di sini?’ Aku mencoba buat mengatur dan memahami situasi ini sambil bertukar kekhawatiran (dengan yang lain).

Seperti Han Ji-pyeong di “Startup,” Oh Jin-kyu, yang berperan sebagai pembuat onar dalam “The Strongest Delivery Man” di KBS, juga merupakan karakter yang cukup untuk dibenci, tetapi dia tidak dibenci dan malah melekat di orang- orang. Apakah ini kekuatan aktor Kim Seon-ho? Aku akan menghargai kalau kamu berpikir demikian. (Tertawa) Aslinya, emang enggak ada sesuatu yang akan membuat Oh Jin-kyu begitu dibenci di <The Greatest Delivery Man>. Jadi mengapa orang ini sangat dibenci? Pernahkah karena dia tumbuh dan tidak tahu cara menerima cinta? Di situlah aku mulai memikirkannya. Penulis “The Best Delivery Man” mengatakan kepadaku kalau dia enggak mengerti mengapa aku melakukan hal seperti ini awalnya. ‘Ini adalah peran chaebol (orang kaya raya), tapi mengapa kamu enggak cukup baik memerankan ini?’ Dan kemudian sekitar episode 4, dia berkata, “Oh, aktor ini punya rencana.” (Tertawa). Kalau aku enggak memahami kekurangan karakter [tersebut], aku akan membuatnya sendiri.

Bukan Han Jipyeong, Kim Seonho Selalu Bertemu Orang yang Memiliki Keinginan untuk Belajar
Kemeja berleher tinggi khaki Lemaire, celana panjang lurus abu-abu Bottega Veneta, sepatu hitam Valentino Garavani. Kursi berlengan 24 Plot. ( Credit : www.noblesse.com)
Bukan Han Jipyeong, Kim Seonho Selalu Bertemu Orang yang Memiliki Keinginan untuk Belajar

Ketika membangun karakter, apakah kamu cenderung keluar dari dunia yang biasa kamu kenal? Mengeluarkan apa yang sudah aku alami dan apa yang sudah pernah aku lihat. Tetapi jika ini tidak bisa juga, aku biasanya memikirkan, “bagaimana bisa aku berada di situasi seperti ini?’. Terus aku cenderung mengganti dengan situasi yang sudah kukenal. Ini sangat memalukan buat diriku, tapi di awal aku belum terbiasa saat memulai drama, aku hanya mengucapkan satu hingga dua dialog, tapi terdengar seperti membaca buku Bahasa Korea. Aku baru menyadarinya kemudian. Aku enggak bisa melakukan seperti ini. Jadi, kalaupun enggak sesuai dengan situasinya, bahkan jika itu disalahpahami, aku memutuskan buat mengganti dengan apa yang aku tahu, dan mengatakan sesuatu dengan perasaan mendalam. Sekarang ketika aku menggunakan perasaanku dan pengalamanku, hal itu berkurang.

Kamu muncul di drama MBC “Two Cops” dan teater “The Kiss of a Spider” secara bersamaan, dan ikut serta dalam teater “Memory in Dream” tepat setelah drama TVN “Catch the Ghost.” Apakah itu disengaja untuk menggabungkan drama dan teater? Setelah “Two Cops” dan “The Kiss of the Spider” dilakukan bersamaan, aku memutuskan bahwa aku enggak boleh melakukan itu. (Tertawa) Aku ingin menunjukkan bahwa aku dapat melakukannya saat itu, tetapi aku enggak bisa melakukan syuting dan pentas bersamaan. “Memory in Dream” dipentaskan setelah “Catch the Ghost.”

Setelah “Startup” berakhir, kamu mulai mempersiapkan teater “Ice”. Aku selalu ingin pentas, dan aku selalu bersemangat buat pentas. Aku mengecek aktingku saat tampil dan belajar banyak hal. Setiap sutradara memiliki kekuatan yang berbeda, jadi menyenangkan buat belajar dari situ dengan baik dan menggunakannya di tempat lain. (Tertawa) Khususnya, aku menyukai karya Sutradara Jang Jin sebelumnya, seperti <The Secret of Flowers> dan <Taxi Driving>, jadi aku ingin mencobanya sekali ketika aku punya kesempatan.

Seperti apa teater “Ice” kali ini ? Ini adalah two-person play (diperankan 2 orang) yang memerankan dua detektif dengan karakter berlawanan, dan seorang bocah laki-laki sebagai tersangka yang ternyata adalah karakter fiksi. Saat detektif menginterograsi bocah ini, dia memecahkan dengan 3–4 monolog (bicara dengan diri sendiri), dan menggunakan tatapan buat menciptakan karakter bocah yang sebetulnya enggak ada tersebut. Ketika pertama kali aku melihat skenarionya, sepertinya ini sangat menarik dan seru.

Teater sebelumnya, “The Kiss of a Spider Woman,” dan “True West,” juga pertunjukan dengan two-person play. Apa menariknya pertunjukan two-person play begini? Drama dan film dipotong menjadi beberapa adegan, dan pertunjukan membagi adegan dengan penampilan dan keluarnya orang tersebut. Two-person play hampir sama dengan pertunjukan oleh satu orang. Butuh banyak konsentrasi (dengan cemberut) karena butuh nafas yang sangat panjang. Aku bukan aktor yang sangat fokus. Jadi, Two-person play banyak membantu aku dalam karir aktingku buat membangun kekuatan fisik dan konsentrasiku. Kekuatan fisik enggak selalu merupakan kekuatan fisik, tetapi kekuatan mental berperan mempertahankan konsentrasi. Aku tahu pesona dan kesulitan dari Two-person play dan aku tahu bahwa aku dapat dipengaruhi dan dikembangkan di situ. Jadi, aku sebenarnya takut, tapi aku enggak akan menghindarinya.

Apakah kamu melawan rasa takut? Iya. Kalau enggak, yah enggak ada kemajuan, dong. Dalam beberapa hal, aku sangat pasif, jadi begitu aku mulai menghindarinya, aku terus merasa takut. Aku mencoba buat enggak secara sadar menghindarinya dengan mengatakan “Enggak, kita harus mencoba dulu.” Aku mencoba buat enggak menghindarinya dengan mengucapkan mantra seperti itu.

Aku mendengar bahwa kepribadianmu telah banyak berubah sejak kamu menjadi asisten militer. Menyenangkan kalau aku lagi bareng sama teman-temanku, tapi setiap kali aku di depan orang-orang, pikiranku menjadi kosong dan [seketika] aku berpikir, “Di mana aku sekarang?” Kalau aku merasa lingkungan ini asing, aku menjadi gagap. Kepribadian dan pikiranku telah banyak berubah sejak aku bergabung dalam militer. Ada banyak orang yang lebih pasif dan mengalami kesulitan daripada aku, jadi aku berpikir, “Aku bukan apa-apa, aku baik-baik saja.” Aku dulu seorang ‘outsider’ (orang yang enggak pintar bergaul).

Jadi sekarang kamu seorang insider? Aku insider? Ah, lebih kaya ajjushi ( orang yang terlihat tua) deh, ya.(tertawa)

Belajar. Belajar. Kamu tahu kamu membicarakan itu seperti sebuah kebiasaan? Dari mana kamu mempelajari itu? ( menekankan). Ah ya, betul. Ketika aku masih muda, aku banyak melihat orang yang enggak mendengarkan orang. Bahkan ketika aku minum bersama dengan seniorku, aku mengatakan, “Semua sulit seiring bertambahnya usia, dan terus terjebak dan [menjadi] keras kepala. Aku harusnya enggak menjadi orang seperti itu.” Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku belajar sepanjang waktu! Aku berpikir, “Kalau aku belajar sesuatu dari orang ini, aku akan menyukai orang ini, kan?” Saat aku memikirkannya, kata-kata belajar seperti kebiasaan terus keluar dari mulutku. Sebenarnya, kamu [pasti] melihat kelebihan orang lain terlebih dahulu.

Kemeja Satin Navy Dunhill, Celana trimming Navy Studio.
Turtlenecks berwarna Hot-pink and Celana hitam kotak Berluti

Apa yang kamu pelajari dari orang yang baru-baru ini kamu temui? Aku agak pemalu ( seperti memutar pupil mata ke kanan dan ke kiri dan akan memberitahumu sebuah rahasia luar biasa). Joo-Hyuk enggak tahu hal ini, tetapi dia berpose sangat keren saat presentasi produksi “start-up”. (Nam Joo-hyuk menaikkan dagunya dan mengubah sudutnya sedikit). Aku seharusnya melakukannya juga. (tertawa). Aku belajar banyak tentang kekhawatiran Joo Hyuk tentang akting, berkonsentrasi seperti Suzy dan sikapnya yang ceria. Ketika aku belajar, aku mencoba mempraktikkannya.

Kamu juga mengatakan kalau kamu sangat menghormati Kim Jong-min “1 Night, 2 Days”. Jong-min hyeong (sebutan orang yang lebih tua) enggak pernah melakukan apapun buat merendahkan orang lain selain dirinya sendiri. Faktanya, dia orang yang sangat pendiam. Aku bertanya sekali. “ Hyung, ada hal yang kamu tahu tapi enggak kamu bicarakan, kan?” Dia serius dan bilang, “ ya, itu enggak baik buat dibicarakan.” Dia adalah orang yang selalu tersenyum dan selalu menebus kesalahan orang lain. Aku mengganggap dia sungguh dewasa. Aku belajar banyak darinya.

Bagaimana caramu berinteraksi dengan berbagai jenis orang selain dengan aktor, seperti komedian dan penyanyi di dunia hiburan? Aku belajar banyak dari kejujuran mereka. ‘Aku seperti ini, bagaimana denganmu?’. Berkat mereka, aku bisa beradaptasi dengan lingkungan hiburan yang asing untukku. Yang ingin kukatakan adalah bahkan kalau kamu menunjukan dirimu walaupun sedikit saja, kalau kamu jujur kepadaku, aku akan merasa nyaman. Setiap orang memiliki kepribadian dan rasa sayang yang berbeda.

Tes psikologi di <One Night, Two Days> adalah topik hangat. Itu sebelum siaran start-up, kan? Kita sudah syuting tapi itu belum ditayangkan. Siaran pertamanya akan tayang, tapi aku enggak yakin apakah aku akan baik-baik aja. Aku memikirkan apakah aku akan merusak “One Night, Two Days” atau enggak (dengan itu). Orang yang melakukan tes itu, seorang psikolog mengatakan, “Aku memiliki banyak kekhawatiran. Tetapi Aku melakukan dengan baik.” Aku sangat tersentuh dengan itu. Aku rasa aku membutuhkan kata ‘kamu melakukan dengan baik.’ Cha Tae-hyun menghubungi Noh Jin Young, penulis “One Night and Two Days”. Dia mengatakan kalau dia juga melewati hal seperti itu, dan itu akan membantuku dalam akting. Kekhawatiran itu akan menghilang. Setelah aku mendengar itu, rasanya senang sekali (mata memerah). Setelah itu tayang, aku menangis sendiri sambil membaca komentar penonton. Terima kasih banyak. (diam sebentar) Aku enggak menyesal. Aku seorang sedikit emosional sekarang.

Konselor psikologis itu mengatakan kamu tidak perlu khawatir karena kamu memiliki ego yang kuat. Terima kasih buat itu dan aku senang. Iya. Kalau terjadi sesuatu, aku bisa selamat.

Sepertinya pusatnya berdiri di dalam. Aku berusaha keras buat melakukan itu. Untungnya, aku pikir aku ada pada usia yang tepat buat tampil di acara TV dan hiburan. Jika aku lebih muda, aku mungkin akan terguncang, lelah, dan frustrasi dalam banyak hal. Menurutku, memiliki masalah yang tepat pada waktu yang tepat dan bertemu orang yang baik adalah hal yang baik.

Di awal tahun 2018, kamu pernah mengatakan bahwa kamu sangat gugup karena tidak bisa memantau dramanya karena sudah pra-produksi. Apakah kamu lebih ingin memuaskan diri sendiri daripada mengevaluasi penonton? Itu sangat mengejutkan. Ketika aku menonton penampilan aktor lain dalam “Start-up,” aku merasa baru dan segar, dan ketika mereka mengira aku enggak bisa, “apakah aku menjadi kaku seperti ini? Atau apakah aku enggak terlalu khawatir? Apakah kamu terlalu malas?” Itulah yang aku pikirkan. Terutama ketika aku melakukan drama pra-produksi, aku sering memikirkan hal ini. Selama “100 Days My Prince,” aku melakukan seperti seolah-olah ‘bekerja’, jadi aku sedikit malas saat itu. Karena aku yang berperan di situ, aku dapat melihat sesuatu secara langsung saat monitoring. Aku ingin mengecek. Aku enggak begitu berpengalaman, jadi aku melihat ke belakang dan membenarkannya. Aku pikir pra-produksi masih agak asing bagiku.

Bukankah tidak mudah bagi seorang aktor tidak seperti berakting? Tepat sekali. Tapi aku mulai enggak menganggap akting sebagai pekerjaan. Aku ingin membuatnya menyenangkan. Tentu saja sulit. Enggak ada yang enggak sulit. Di hari-hari saat aku merasa enggak baik, aku minum bir atau kopi di rumah dan melepaskannya. Bahkan proses mengkhawatirkan akting adalah bukti bahwa aku enggak menganggap akting sebagai pekerjaan. Aku sangat senang hari ini. Ketika aku berakting, aku berakhir dengan memerankannya seperti bermain. Aku selalu mencoba hal baru. Aku belajar banyak hal. Belajar itu memang mengejutkan. Jadi, “apa yang harus aku lakukan? Bagaimana agar aku bermain tanpa tersesat?” Aku ingin memberikan dorongan baru kepada aktor lain. Aku pikir ini bukan pekerjaan karena aku selalu memikirkan hal ini.

Jadi, dengan terus-menerus belajar dapat mengubah Kim Seon-ho? Iya. Sekarang, perubahan itu enggak sebesar dulu, tapi lebih ke cara berpikir, cara berakting, dan rasa percaya diri dalam akting yang berubah dikit demi sedikit. Contohnya, seorang penari. Kalau kamu terus mencoba melakukan gerakan yang enggak kamu bisa, kamu akan berakhir bisa melakukannya. Itu sama aja buat akting. Aku enggak ngerti sih ya, tapi tiba-tiba itu bisa meningkat. Aku sedih karena perubahan seperti itu enggak sering terjadi, tapi ketika aku bertemu karakter Han Jipyeong, aku banyak berubah. Aku juga ingin mengembangkan imageku yang belum pernah aku tampilkan sebelumnya. Aku selalu memikirkannya dan mencoba mengubahnya.

--

--

Dihveenah

@Dihveenah — I write because it makes me feel like someone’s listening . Help me to become professional writer soon!